Pria
kelahiran Gresik, 5 Desember 1971 ini merupakan anggota DPR petahana periode
2014-2019 yang kala itu duduk di komisi V membidangi infrastruktur,
transportasi, daerah tertinggal dan transmigrasi, meteorologi, klimatologi, dan
geofisika, serta pencarian dan pertolongan.
Jazilul lahir di Pulau Bawean, tepatnya di
sebelah utara Gresik. Putra pasangan M Sunan Hamli dan Insiyah ini sejak kecil
telah tumbuh di lingkungan yang religius. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai
guru agama.
Tamat dari Madrasah Ibtidaiyah Ma’rif Islamiyah,
Kertosono, Gresik, Jazilul muda melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren
Ihya’ul Ulum, Gresik, pimpinan ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) KH. Ma’shum
Sufyan (Alm).
Dia
menghabiskan hari-hari di pesantren dengan memperdalam ilmu-ilmu agama,
termasuk menekuni bacaan kitab-kitab salafi maupun kitab kuning.
Di pondok pesantren ini pula Jazilul mulai
mengenal organisasi NU. Di pesantren selama enam tahun, Jazilul Fawaid kemudian
hijrah ke Jakarta dan menempuh pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran
(PTIQ) serta S2 di Istitut Ilmu AL Quran (IIQ).
Jazilul
memulai karier politik dengan aktif berkegiatan di organisasi NU Gerakan Pemuda
(GP) Ansor. Di dalam organisasi ini, pria yang akrab disapa Cak Jazil tersebut
mulai berjejaring dengan tokoh-tokoh muda NU.
Pada 1999, mantan Ketua Komisariat Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini dipercaya menjabat sebagai wakil sekjen
Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa yang notabene merupakan organisasi sayap PKB.
Jazilul
memulai karier politik dengan aktif berkegiatan di organisasi NU Gerakan Pemuda
(GP) Ansor. Di dalam organisasi ini, pria yang akrab disapa Cak Jazil tersebut
mulai berjejaring dengan tokoh-tokoh muda NU.
Pada 1999, mantan Ketua Komisariat Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ini dipercaya menjabat sebagai wakil sekjen
Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa yang notabene merupakan organisasi sayap PKB.
Kedekatan
Jazilul Fawaid dengan Cak Imin membawa karier politiknya perlahan tapi pasti
merangkak naik. Ayah empat anak ini dipercaya sebagai staf ahli bidang industri
perdagangan dan pembangunan ketika Muhaimin menjabat wakil ketua DPR tahun 2006
hingga 2009.
Ketika Muhaimin ditunjuk oleh Presiden ke-6
Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono menjabat menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, Jazilul lagi-lagi
dipercaya menempati posisi sebagai staf khusus menteri selama empat tahun
(2009-2013).
Suami dari Chalimatus Sa’diyah ini pada 2009
maju dalam pemilihan calon anggota legislatif dari PKB dan berkompetisi pada
daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur II meliputi wilayah Pasuruan dan
Probolinggo.
Dia
menempati posisi kedua, kalah jumlah suara dari adik pendiri PKB, Abdurrahman
Wahid (Gus Dur), Lily Chadijah Wahid yang menduduki peringkat teratas caleg PKB
di dapil Jawa Timur II.
Maret 2013 Jazilul dilantik menjadi anggota
DPR RI dalam pergantian antar waktu (PAW) anggota Fraksi PKB menggantikan Lily
Wahid untuk sisa waktu periode 2013-2014.
Pemilu 2014, Jazilul maju dari dapil Jawa
Timur X yang meliputi wilayah Gresik dan Lamongan. Dia akhirnya terpilih
kembali menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 dengan perolehan 94.147 suara.
Pemilik usaha digital printing CV Kreasi
Permaisindo itu duduk di Komisi V yang membidangi transportasi, pekerjaan umum
dan perumahan rakyat. Pada periode tersebut, Jazilul juga memperoleh amanah
untuk menjabat sebagai wakil ketua Badan Anggaran DPR.
Pemilu 2019, Jazilul Fawaid kembali mencalonkan diri.
Masih dalam dapil yang sama seperti 2014, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam
Nahdlatul Ulama (STAINU) itu berhasil menjadi anggota DPR untuk ketiga kalinya
dengan perolehan 186.838 suara.
Sumbe : jpnn